Dari Soekarno, Lanny, Melanie dan Arsip Nasional

Melanie Kartadinata Serahkan Arsip Bersejarah Lanny Gumulya ke ANRI

Keterangan Foto: Kiri – Kanan, Pejabat ARNI, Agus Rahayu, Pejabat Museum Lukisan Basuki Abdulah, paling Kanan Melanie Kartadinata

Jakarta, 28 Juni 2024, Asianewsroom.com – Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jalan Gajah Mada Nomor 111 menjadi saksi momen bersejarah pada Jumat pagi. Melanie Kartadinata, penulis buku “Lanny Gumulya: Kisah Gadis Kolam yang Terbang Mengibarkan Sang Merah Putih”, menjalin kerjasama dengan ANRI melalui acara bedah buku sekaligus penyerahan arsip dokumentasi berharga.

Melanie menyerahkan foto-foto dan piagam penghargaan milik Lanny Gumulya, peraih medali emas dalam ajang olahraga Asian Games ke-4 tahun 1962. Tidak hanya itu, lukisan Lanny Gumulya karya maestro Basuki Abdullah juga diserahkan kepada ANRI untuk dipajang dan dinikmati oleh pengunjung.

Narasumber bedah buku, Amin Rahayu, yang juga seorang penulis, menyampaikan bahwa buku karya putri mendiang Lanny Gumulya ini merupakan catatan fakta yang menjadi saksi sejarah. “Buku ini merupakan inspirasi positif bagi para atlet Indonesia. Kesederhanaan, keberanian, tekad, latihan yang keras, dan kedisiplinan Lanny Gumulya dapat menjadi motivasi bagi para atlet untuk lebih maju,” ujarnya.

Lanny Gumulya Kartadinata adalah atlet legendaris Indonesia dalam cabang olahraga loncat indah. Ia merupakan satu-satunya peraih emas di Asian Games dalam cabang tersebut, prestasi yang belum ada atlet loncat indah Tanah Air lain yang mampu menyamainya hingga kini. Prestasi Lanny tidak hanya tercatat di Asian Games 1962 dengan meraih medali emas di kelas papan 3 meter dan perunggu di papan 10 meter, tetapi juga di Pekan Olahraga Nasional (PON) 1961 di Bandung, di mana ia mengalahkan peloncat indah kawakan, Mien Brodjo.

Sukses di Asian Games 1962 membawa Lanny ke pemusatan latihan nasional di Filipina dan Jepang. Pada Games of the New Emerging Forces (GANEFO) 1963 di Jakarta, ia kembali meraih medali emas di kelas papan 3 meter dan perunggu di papan 10 meter. Meski dalam situasi politik dan ekonomi yang bergejolak pada tahun 1965, Lanny mampu menunjukkan semangat dan kedisiplinannya yang tinggi sebagai atlet.

Melanie menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi dan penghormatan kepada mendiang ibundanya, Lanny Gumulya, yang wafat pada akhir Maret 2024, serta kepada Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno. Ia berharap, kegiatan bedah buku dan penyerahan arsip ini dapat menjadi inspirasi bagi pelaku sejarah lainnya untuk menyerahkan arsip bersejarah mereka kepada negara.

“Kisah sejarah bangsa ini harus bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Arsip-arsip ini bukan hanya milik pribadi, tapi milik seluruh bangsa,” ujar Melanie. Ia juga berharap agar kegiatan ini dapat memberi semangat kepada generasi muda untuk terus berprestasi dan memberikan yang terbaik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama, dan bangsa.

Acara ini diadakan secara terbatas dan tertutup, hanya dihadiri oleh Kepala ANRI, pejabat terkait ANRI, pejabat museum Basuki Abdullah, undangan ANRI, serta keluarga dan sahabat dekat Melanie Kartadinata.

Lanny Gumulya pensiun dari dunia loncat indah pada usia muda, 20 tahun, dan kemudian melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia menikah dengan Charlie Kartadinata pada tahun 1966 dan sempat menekuni bisnis restoran dan percetakan bersama suaminya. Hingga akhir hayatnya, Lanny Gumulya tetap dikenang sebagai satu-satunya peloncat indah Indonesia yang meraih emas dalam sejarah Indonesia. Nama Gumulya, yang diberikan oleh Presiden Sukarno, adalah singkatan dari Goei yang Mulya, menghormati nama aslinya, Goei Giok Lan.

Pada Asian Games ke-18 tahun 2018 di Jakarta, Lanny Gumulya turut menjadi pembawa obor, mengenang kembali kejayaannya di Gelora Bung Karno, tempat yang sama ketika ia mempersembahkan emas untuk Indonesia pada Asian Games ke-4 tahun 1962. Penyerahan arsip ini diharapkan dapat memperkaya koleksi ANRI dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi penerus dalam memahami dan menghargai sejarah bangsa Indonesia.

Penulis: Agusto Sulistio

(WA – 087882279537 – PM/Ist)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *