“Water Forum” yang Tidak Aspiratif Adalah Catatan Buruk Demokrasi

*Oleh: Agusto Sulistio – Pegiat Sosmed.

Navicula, sebuah band berbasis indie dengan aliran grunge yang memiliki ciri khas tersendiri karena perpaduannya dengan menyelipkan unsur blues, etnis, psychedelic, alternatif, folk, progresif, dibalut rock murni, baru-baru ini memutuskan untuk membatalkan penampilan mereka pada tanggal 24 Mei di acara Water Vaganza, bagian dari World Water Forum 2024 di Bali. Seperti kebanyakan band aktivis dunia lainnya seperti Pearl Jam, U2, Soundgarden, dll, Navicula juga memiliki pesan dalam lirik lagunya tentang memperjuangkan perdamaian, lingkungan hidup, HAM, dan lain-lain. Keputusan ini diambil sebagai bentuk solidaritas terhadap pemerhati, akademisi, dan aktivis Forum Air untuk Rakyat (People’s Water Forum), yang diskusinya dihambat dan dibubarkan oleh pihak berwenang.

Persoalan air bukanlah masalah sepele. Menurut UUD 1945, air dan sumber daya alam lainnya seharusnya dikelola oleh negara dengan melibatkan aspirasi rakyat untuk kesejahteraan rakyat. Sayangnya, negara sering kali tidak proaktif dalam melibatkan aspirasi publik dalam pengelolaan sumber daya ini khususnya, dan sumber alam lain pada umumnya. Akibatnya, suara masyarakat yang seharusnya berperan penting dalam setiap kebijakan dan pengambilan keputusan soal air, dlk sering kali terabaikan.

Selama dua periode pemerintahan Jokowi, dari berbagai sumber informasi (rekam digital) terdapat banyak catatan negatif, dimana dalam berbagai kebijakan dan keputusan publik pemerintah kerap mengabaikan aspirasi rakyat. Ironisnya, argumen penolakan sering kali dituding oleh pemerintah sebagai aspirasi yang memiliki kepentingan kecil dan bertujuan menghambat pembangunan nasional. Ini adalah cara-cara represif dari gaya pemerintahan yang otoriter dan tidak pro-rakyat. Salah satu contoh adalah pada kasus eksploitasi sumber alam, yang sering kali menimbulkan persoalan penggunaan lahan yang merugikan warga atau masyarakat adat, disamping kerusakan lingkungan dan penyelewengan kekayaan alam oleh oknum pejabat negara yang berkolaborasi dengan pengusaha hitam.

Kegagalan Melibatkan Publik

Navicula menyuarakan harapan bahwa acara internasional seperti World Water Forum seharusnya menjadi platform yang melibatkan lebih banyak partisipasi publik. Partisipasi ini penting agar kebijakan pemanfaatan air bisa adil dan merata bagi seluruh rakyat. Namun, kenyataannya, banyak diskusi akademis dan intelektual yang diadakan oleh kelompok seperti People’s Water Forum justru dihambat.

Menghambat dan membubarkan diskusi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat sipil adalah pelanggaran terhadap prinsip demokrasi. Demokrasi seharusnya memberikan ruang bagi berbagai pandangan dan diskusi konstruktif yang bertujuan untuk kebaikan bersama. Larangan seperti ini menunjukkan ketidakmampuan atau ketidaksediaan pemerintah untuk mendengarkan suara rakyat, yang sebenarnya memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam.

*Perlunya Keterlibatan Publik*

Keterlibatan publik dalam pengelolaan air sangat krusial. Partisipasi masyarakat tidak hanya memastikan bahwa kebijakan yang diambil sesuai dengan kebutuhan rakyat, tetapi juga membantu menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama terhadap sumber daya alam. Melibatkan masyarakat dalam diskusi dan keputusan terkait pengelolaan air akan menghasilkan solusi yang lebih adil dan berkelanjutan.

Sikap grup Band Navicula dalam memutuskan protesnya dapat dijadikan momen penting sekaligus menjadi cerminan publik sebagai bagian civil society bahwa sejatinya peran utama dalam setiap keputusan dan kebijakan pemerintah adalah rakyat, bukan pemerintah, pengusaha, atau kelompok tertentu. Langkah Navicula tidak saja menjadi contoh bagi para pegiat seni, namun juga oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini mencerminkan sikap dan tanggung jawab rakyat sebagai kekuatan civil society dalam pelaksanaan demokrasi dan konstitusi, untuk mengontrol jalannya kekuasaan demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kesimpulan

Ketidakproaktifan negara dalam melibatkan aspirasi publik dalam isu air menunjukkan kegagalan dalam menjalankan amanat konstitusi. Sebagai negara yang berlandaskan demokrasi, Indonesia harus memastikan bahwa setiap suara, terutama yang menyangkut kemaslahatan umum, didengar dan dihargai. Keputusan Navicula untuk membatalkan penampilan mereka adalah sebuah pengingat bahwa partisipasi publik adalah kunci untuk kebijakan yang lebih adil dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya air.

Dengan mengutamakan keterlibatan rakyat, kita dapat mewujudkan pengelolaan air yang sesuai dengan semangat UUD 1945: untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

 

 

Kalibata City, Jakarta Selatan, Kamis 23 Mei 2024 : 13.09 Wib.

 

 

*Penulis, pendiri Komunitas Band Rock Legend Indonesia (Mars August Prod), Manager Live Event Music – The Rock Cafe – Swissbell Hotel, Kemang, Jakarta Selatan, tahun 2008 – 2011.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *